Qurban amanah Bersama Da'i AbdurrahmanGani

Cerita tentang Indonesia-Gamers-chetter

Sabtu, 04 Agustus 2018

ARTI Sebuah NAMA


isnis.com, JAKARTA-- Mantan Ketua Ikatan Alumni Fakultas Hukum Indonesia (Iluni) UI Mayjen TNI Purnawirawan Hariadi Darmawan mengaku kecewa terhadap Wiranto terkait peristiwa kerusuhan 1998.
Hariadi yang saat itu menjabat sebagai Staf Khusus Menhan mengatakan sebagai Panglima ABRI (Pangab), Wiranto tidak mengemban tugas untuk mengambil tindakan pengamanan atas kerusuhan alias melakukan pembiaran.
Waktu itu, Hariadi menghadap Wiranto untuk meminta tindakan bahwa keadaan sudah darurat atau siaga satu. Dengan demikian pimpinan keamanan itu harus ditangani oleh satu komando, yakni Wiranto.
Presiden Soeharto juga, kata Hariadi, sudah mewantikan agar Pangab mengambil tindakan. Tapi Wiranto menolak untuk mengamankan keadaan dengan alasan jika dilakukan pengamanan maka akan melanggar wewenang atau Inkonstitusional.
“Mendengar jawaban itu, saya kecewa dan meninggalkan Wiranto dengan marah. Saya bertanya-tanya siapa sebenarnya yang pegang kekuasaaan dan bertanggung jawab atas kerusuhan ini,” katanya saat menghadiri Eksaminasi Publik Terhadap Keputusan DKP di Hotel Intercontinental Jakarta, Senin (23/6/2014).
Disebabkan tidak adanya keberanian Wiranto untuk mengamankan kondisi saat itu, kata Hariadi, demo semakin ricuh. Penjarahan dan perkosaan terjadi di mana-mana.
Bahkan, katanya, Pasukan Pengamanan Masyarakat alias Pamswakarsa semakin membuat ricuh keadaan. Pamswakarsa merupakan bagian politik adu domba antara para jawara yang diduga bayaran ABRI dengan mahasiswa. “Semua orang tahu bahwa Pamswakara dilakukan oleh seorang petinggi negara,” katanya.
Dia menambahkan, kondisi 1998 tidak lagi bisa dikendalikan. Hampir seluruh pengamanan berjalan sendiri-sendiri tanpa komando. Dengan demikian, katanya, Prabowo Subianto yang menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat berpangkat jenderal menunggu perintah atasan yakni Wiranto.
Tetapi, katanya, lantaran tidak ada perintah dari atasan, komando berjalan sendiri-sendiri. Dia menyesalkan tindakan Wiranto yang tidak kesatria meredam kondisi saat itu. Sehingga nama Prabowo hingga saat ini menjadi bulan-bulanan atas keurusuhan peristiwa 1998 yang menelan korban jiwa.
“Saya sesalkan sekali bahwa kejadian itu dipersalahkan pada satu atau dua orang. Bagaimanapun juga dalam hierarki militer, yang bertanggung jawab itu pemimpin tertinggi. Tetapi dalam DKP hanya menyalahkan kepada Prabowo. Itu bukan tindakan kesataria,” katanya.
Hariadi menuturkan di saat kondisi seperti saat ini, Pilpres 2014 menjadi ajang untuk melakukan kampanye hitam. Dia meminta agar tidak menjadikan Prabowo sebagai kambing hitam atas kerusuhan 1998.
“Silahkan Anda berkampanye tapi jangan melakukan fitnah dengan cara tidak benar. Saya harapkan kejadian ini selesai sampai di sini saja. Kampanyelah dengan jujur,” paparnya.

Orang  Mau culik habieb

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo membeberkan rahasia keberhasilan dirinya terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selama hampir 30 tahun berturut-turut.
Menurut Tjahjo, peran pejabat di level desa dan kecamatan sangat penting untuk mendulang suara masyarakat. Selama mengikuti pemilihan umum, dia mengaku mengandalkan bintara pembina desa (babinsa), kepala desa, kepala kepolisian sektor (kapolsek), dan komandan komando rayon militer.
BACA JUGA :
“Saya pegang babinsa, danramil, kapolsek. Untuk daerah padat saya pegang kepala desa. Jadi [terpilih] terus saya 30 tahun anggota DPR,” katanya kepada anggota Komisi II DPR di Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Tjahjo pertama kali pertama masuk Senayan pada 1987 dari Golongan Karya. Keberhasilan itu terus berlanjut ketika dia bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pada 2014, Tjahjo berpindah ke lembaga eksekutif setelah ditunjuk sebagai Mendagri.
Tjahjo meyakini sampai saat ini pejabat yang dipilih lewat pemilu seperti wali kota, bupati, anggota DPR menggunakan strategi yang sama. Khusus kepala desa, alumni Universitas Diponegoro ini mengatakan peran mereka bahkan menentukan berhasil-tidaknya program presiden.
“Pembangunan presiden zaman kapanpun terhambat masalah pembebasan tanah, pengukuran tanah. Ini yang menentukan kepala desa,” ujarnya.
Pemerintah, kata Tjahjo, mengharapkan kepala desa dapat menjadi penggerak pembanguan desa seiring dengan bergulirnya program Dana Desa. Untuk itu, Kemendagri memiliki program peningkatan kualitas aparatur desa sehingga mereka bisa membuat peraturan desa hingga menyusun perencanaan anggaran.
Menurut Tjahjo kepala desa masih mengeluhkan penyusunan surat pertanggungjawaban (SPJ) penggunaan anggaran. Guna mengatasi masalah tersebut, pemerintah bertekad mempermudah pembuatan SPJ.
“Kalau perlu satu lembar sajalah. Nanti kalau semakin tebal semakin banyak masuk penjara. Kepala desanya lembur buat SPJ, bukan kerjaan,” tuturnya.


Ketika Pak Wiranto dan Pak Hary Tanoe maju menjadi Capres dan Cawapres hampir TIDAK terdengar isu-isu, terutama isu bernuansa SARA yang disebarkan untuk menjegal keduanya. Tapi jauh berbeda ketika Bung Joko dan Koh Ahok maju sebagai Cagub dan Cawagub, isu-isu bernuansa SARA disebar dengan begitu gencarnya untuk menjegal langkah keduanya .
Padahal jika dilihat secara adil, kedua pasangan itu, diantara kedua pasangan memiliki komposisi yang sama. Pak Wiranto dan Bung Joko berasal dari etnis Jawa dan sama-sama beragama Islam, dan Pak Hary Tanoe dan Koh Ahok berasal dari etnis Tionghoa dan sama-sama beragama Kristen.
Dan jika ditinjau secara skala kepemimpinan, jelas Pak Wiranto dan Pak Hary Tanoe memiliki skala kepemimpinan yang jauh lebih luas, karena keduanya maju sebagai Capres dan Cawapres. Menurut logikaku, isu-isu bernuansa SARA tentunya akan lebih deras menerpa pasangan Capres dan Cawapres ini, tapi pada kenyataannya TIDAK. Isu SARA malah disebarkan pada level Cagub dan Cawagub.
Mengapa diperlakukan beda? Menurutku, karena Bung Joko dan Koh Ahok adalah "orang gila" yang berani bergerak melawan arus deras. Masyarakat mengetahui betul keberanian kedua orang ini. Saat menjadi Walikota Solo dengan tegas Bung Joko menolak perintah atasannya (Gubernur JATENG) untuk memberikan izin pendirian gedung di kota solo dan rela disebut walikota "bodoh" demi mempertahankan keputusannya.
Begitu pula dengan Koh Ahok, ketika menjadi anggita DPR, beliau berani membuka kegiatan dan keuangannya pada publik, dan berani "buka-bukaan" masalah keuangan DPR yang banyak dihambur-hamburkan untuk urusan yang tidak penting. Beliau tidak takut dengan ketua DPR dan rela dimusuhi rekan-rekannya sesama anggota DPR karena membuka rahasia penggunaan keuangan DPR.
Kedua orang ini keras kepala (koppig). Berani mempertahankan keputusannya yang pro rakyat dihadapan siapapun. Bung Joko tetap keras kepala mempertahankan keputusannya untuk tidak melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri meskipun harus terima "makian" dari Ibu Megawati yang mengantarkan Bung Joko ke kursi Presiden. Dan ini membuktikan bahwa Bung Joko bukanlah petugas partai.
Begitu pula dengan Koh Ahok, keras kepala pada keputusannya meskipun harus berhadapan dengan puluhan anggota DPRD dari seluruh partai. Tidak ada kompromi dan tetap keras kepala pada keputusannya untuk tetap melaporkan penyelewengan keuangan yang dilakukan oleh anggota DPRD pada KPK. Dsn jangan lupa, Koh Ahok juga berani menentang kebijakan Pak Prabowo ketika Gerindra mengusulkan Pilkada melalui DPRD. Padahal Pak Prabowo yang mengantarkan Koh Ahok pada kursi Wakil Gubernur.
Kedua orang ini adalah orang yang berprinsip kuat bahwa siapapun yang korup atau terindikasi korupsi, tidak boleh menjadi pejabat. Dan keduanya anti kebijakan yang merugikan rakyat. Demi membela prinsip ini keduanya berani berhadapan dengan siapapun. Dan sudah terbukti, Bung Joko berani menentang perintah Gubernur JATENG dan Ibu Megawati dan Koh Ahok berani menentang DPRD dan Pak Prabowo.
Dan saat ini, "kegilaan", keberanian, keras kepala dan prinsip kuat dalam membela kepentingan rakyat semakin menjadi-jadi. Dan dari sebelumnya ini sudah diprediksi oleh "musuh-musuh" keduanya, itulah mengapa isu-isu SARA mereka sebar dengan begitu gencarnya. Siapakah musuh keduanya? Para Mafia dan Koruptor !
"Jangankan dunia, kita saja kaget dengan keberanian Jokowi" (Tantowi Yahya).
"Ahok itu urat takutnya sudah putus" (Buya Syafi'i Ma'arif)



Kapanlagi Plus - Senin (20/10) pagi kemarin, Indonesia resmi memiliki Presiden baru. Joko Widodo, pria kelahiran Surakarta itu akhirnya resmi menggantikan posisi Susilo Bambang Yudhoyono. Bertempat di Gedung MPR RI, Jokowi dan pasangannya, Jusuf Kalla, mengucap janji dan sumpah jabatan sebagai Presiden sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia.
Dianggap sebagai tokoh harapan bangsa, suami dari Iriana itu akhirnya mewujudkan impiannya sebagai pemimpin Indonesia. Ketika Jokowi terpilih, publik pun tak bisa melepaskan rasa penasaran dari sosok keluarganya. Tentu kalau soal Jokowi kamu sudah sangat tahu. Begitu pula dengan sosok sang istri, Iriana. Resmi menjadi suami istri pada 24 Desember 1986, Jokowi dan Iriana dikaruniai tiga orang putra. Nah, sekarang kenalan dengan ketiga anaknya yuk.
1. Gibran Rakabuming Raka
Gibran Rakabuming Raka foto: istimewa
Gibran Rakabuming Raka foto: istimewa

Dia adalah anak sulung dari JokowiGibran lahir pada 1 Oktober 1987 di masa Jokowi memulai usaha sendiri mendirikan pabrik kayu di Solo. Masuk SMP, Gibran memilih sekolah SMP dan SMA di Singapura dan lanjut kuliah di Universitas Teknologi Insearch, Sydney - Australia. Lulus kuliah, Gibran kembali ke Solo dan memulai usaha catering bernama Chilli Pari. Empat tahun berjalan, Gibran kini sukses sebagai pengusaha catering dengan omzet ratusan juta rupiah tanpa bantuan sang ayah.
Nama Gibran Rakabuming Raka seolah melambangkan doa dari kedua orangtuanya. Gibran bisa diartikan sebagai pria yang pandai, simple dan apa adanya. Lalu Raka bisa berarti keteguhan dan kebijaksanaan sementara Bumi adalah tanah. Jadi bisa dibilang Gibran Rakabuming Raka adalah pria yang pandai, teguh dan bijaksana tetapi tetap apa adanya dan membumi (tidak sombong). Terbukti kendati dia seorang pengusaha muda yang sukses, Gibran masih tetap sederhana dan memilih tidak ingin disorot atau membanggakan punya ayah Presiden.
Kahiyang Ayu foto: Instagram Kahiyang Ayu
Kahiyang Ayu foto: Instagram Kahiyang Ayu

Kahiyang Ayu adalah putri satu-satunya Jokowi. Terlahir pada tahun 1991, wanita yang sering dipanggil mbak Ayang ini adalah lulusan teknologi pangan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Dari segi fisik, Ayang memang paling mewarisi kecantikan sang ibu. Ayang memiliki tubuh yang sedikit bongsor tetapi wajah yang imut dan pipi yang chubby. Perangai sederhana masih tetap bisa kamu lihat dari wanita berusia 23 tahun ini.
Ditilik dari arti namanya, Kahiyang Ayu memang mempunyai nama yang sangat Jawa. Di mana Ayang bisa berarti sayang atau yang tersayang dan Ayu semua orang juga sudah tahu itu bermakna cantik. Jadi, Kahiyang Ayu adalah wanita tersayang yang cantik. Tentu saja dia menjadi sosok kesayangan Jokowi dan Iriana serta kedua saudara laki-lakinya yang akan selalu menjaga Ayang sampai dia menemukan sosok pria istimewa kelak.
Kaesang Pangarep foto: Instagram Kaesang Pangarep
Kaesang Pangarep foto: Instagram Kaesang Pangarep

Kaesang adalah si bungsu putra Presiden Jokowi dan ibu Iriana. Pemuda berkacamata ini bisa dibilang yang paling berbeda dibandingkan kakak-kakaknya. Kaesang memang masih muda. Lelaki yang berkuliah di Singapura ini baru akan berusia 20 tahun pada 25 Desember nanti. Bisa dibilang, Kaesang adalah putra Presiden yang paling kocak dan konyol. Belum lagi kegemarannya melatih otot di pusat kebugaran membuat Kaesang memiliki tubuh kekar meresahkan berbeda jauh dengan sang ayah Jokowi atau kakaknya, Gibran.
Dalam bahasa Vietnam, nama Sang bisa berarti bangsawan laki-laki. Namun jika dilihat dari keturunannya di mana Jokowi berdarah Jawa, maka nama Kaesang Pangarep besar kemungkinan berarti sosok yang diarep-arep (dinanti-nanti). Kae = itu, Sang = yang, Pangarep = Diarep-arep. Jadi kalau digabungkan bisa saja Kaesang Pangarep adalah bangsawan laki-laki yang dinantikan. Hmm, memang sih dengan usia yang masih muda, bersifat kocak dan ramah membuat banyak gadis yang menanti dan jatuh hati pada Kaesang. Kamu juga?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Blog Me